Kamis, 31 Oktober 2019

Pilah Pilih Hunian Di Jabodetabek



Bekerja dan menetap dalam jangka waktu panjang di Jakarta pasti akan memerlukan sebuah rumah untuk tempat tinggal. Namun, banyak penelitian yang menyebutkan bahwa milenial sekarang sudah tak mampu membeli rumah di Jakarta. Hal itu benar terjadi karena harga rumah komersial di Jakarta sudah sangat mahal. Adapun rumah subsidi yang disediakan pemerintah, syaratnya sangat banyak bahkan sampai antre untuk mendapatkannya. Ada pula yang menyebutkan gaya hidup milenial yang terlalu berfoya-foya membuat mereka sulit untuk mendapatkan rumah di Jakarta. Semakin konsumtif, maka tabungan mereka pun semakin sedikit. Hal ini membuat kemampuan mereka untuk memperoleh rumah semakin rendah. Bisa juga gaya hidup konsumtif mereka dipengaruhi oleh suatu kepasrahan karena harga rumah yang sangat tinggi.

Sebagai generasi milenial yang sudah merantau di Jakarta sejak 3 tahun yang lalu, membuat saya berkeinginan untuk memiliki rumah di Jakarta. Sudah sejak beberapa bulan ini, saya mulai menimbang-nimbang untuk menentukan rumah. Apakah rumah vertikal atau rumah tapak serta pilihan apakah di pusat Jakarta atau di luar Jakarta. Hal itu tentu saya pertimbangkan dengan kemampuan finansial dan banyaknya aktivitas di tempat saya bekerja.

Dalam mempertimbangkan itu semua, tentu saya tidak melakukannya sendiri. Ada beberapa pendapat teman yang saya minta. Ada dua pendapat yang cukup bertolak belakang, yaitu apartemen di Jakarta atau rumah tapak di luar Jakarta. Kedua pilihan itu cukup memusingkan saya juga. Hal inilah yang perlu ditimbangkan baik-baik secara ekonomi. 

Rumah Tapak Di Luar Jakarta

Kenikmatan memiliki rumah yang menapak di atas tanah sudah terpatri oleh seluruh orang Indonesia. Hal ini wajar sekali karena Indonesia dihadiahi tanah yang luas sekali sehingga mudah untuk membangun apa saja. Namun, harga pasar tetap berlaku. Semakin dekat dengan pusat kota maka harga tanah akan semakin mahal, begitu pula sebaliknya. Hal ini terbukti dengan gairah pembangunan rumah di wilayah pinggiran Jakarta oleh pengembang swasta maupun BUMN. Untuk rumah sederhana hingga menengah hanya dipatok 500 juta ke bawah. Tentu ini sangat menjangkau para milenial. Tak perlu khawatir, akses menuju ke sana tidak seperti menjelajahi hutan belantara. Commuterline sudah menjangkau wilayah pinggiran. Begitu pula dengan jalan tol yang membuat banyak angkutan umum bisa lebih mudah menuju Jakarta.

Dibalik kenikmatan murahnya harga rumah tentu perlu diimbangi dengan ongkos akses yang bisa dibilang lebih mahal. Meskipun harga tiket commuterline dan Trans Jakarta yang menjangkau wilayah pinggiran itu cukup murah. Namun, ada ongkos ojek online yang harus dibayar menuju atau dari statiun/halte. Belum lagi harus berebutan dengan penumpang lainnya. Waktu perjalanan bisa jadi jauh lebih panjang. Banyak energi yang terbuang dan waktu untuk bertemu keluarga pun menjadi lebih sedikit. Jika tidak kuat, mungkin kita bisa sakit dan ada biaya kesehatan yang perlu disiapkan.

Apartemen Di Dalam Jakarta

Harga rumah di Jakarta memang sangat gila-gilaan. Harga di bawah 500 juta, kita hanya bisa dapat apartemen tipe studio yang sangat tidak layak untuk hidup berkeluarga. Jika menginginkan tipe 1 kamar perlu menambah kocek sekitar 100 juta, apalagi tipe 2 kamar perlu menambah sekitar 200 juta. Walhasil hanya tipe studio saja yang bisa terjangkau.

Memiliki apartemen yang dekat dengan kantor memang sangat menguntungkan. Khususnya biaya transportasi dan kesehatan bisa diminimalisir. Namun, biaya service bulanan apartemen itu harganya cukup mahal juga. Hal inilah yang menjadi keraguan bagi orang yang mau tinggal di apartemen. Belum lagi banyak fasilitas yang harus di-share bersama penghuni lainnya, namun fasilitas tersebut memang tidak akan didapatkan jika membeli rumah tapak, seperti kolam renang, parkir, dan lainnya.

Jadi...

Pilhan tersebut memang tergantung kebutuhan kita. Saya pribadi, lebih memilih apartemen di dalam Jakarta. Ongkos transport akan saya alokasikan ke biaya service apartemen. Saat ini saya pun masih tinggal sendiri jadi belum terlalu butuh rumah yang cukup luas. Apabila saya mempunya kemampuan yang lebih, tentu saya kan mencari rumah yang lebih luas untuk keluarga saya nanti dan apartemennya dapat menjadi aset untuk disewakan. Satu hal yang cukup penting adalah pilihlah pengembang apartemen  yang bagus. Umumnya, pengembang akan menentukan pula siapa pengelolanya. Pengembang yang baik akan memilih pengelola yang baik pula. Pengelola yang baik akan membawa kedamaian bagi para penghuninya.

Jadi, kamu mau pilih rumah bentuk apa? Di Jakarta atau luar Jakarta?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kekhawatiran Komunikasi

Sehubungan aku lagi membaca buku berjudul  Intercultural Communication , jadi terpikir untuk membahas sedikit tentang komunikasi. Lebih tepa...