Rabu, 09 Oktober 2019

Masalah Parkir Di Lingkungan Terpelajar



Kantor saya yang berada di daerah Lapangan Banteng, dapat dibilang merupakan kawasan orang-orang terpelajar dan berpendidikan. Namun, perilaku dalam memarkirkan motor sangat tidak terpelajar. Banyak dari mereka yang tidak mau parkir di bagian belakang karena jauh dari pintu keluar, sehingga lebih sering menemukan motor-motor yang parkir di jalur parkiran. Jalur parkiran itu adalah jalur yang seharusnya steril untuk keluar masuk kendaraan. Parkir di jalur parkiran memang sangat mudah, masuk tinggal simpan tak perlu mengatur posisi motor, tapi sangat menyusahkan buat motor yang mau keluar. Pasti ada saja yang tersangkut. Perlu di ketahui, besaran jalur parkiran yang dibuat hanya sekitar 1 meter. Motor yang parkir di jalur tersebut sudah pasti berada di depan motor yang parkir dengan mobil. Hal itu tentu sangat menjengkelkan karena motor yang sudah parkir secara benar, tidak dapat keluar karena dihalangi oleh yang parkir di jalur parkiran. Hal yang paling membuat murka adalah ketika motor yang parkir di jalur tersebut dikunci stang.  
Baru saja kemarin saya dan temen-temen mengalaminya, ketika harus keluar untuk melaksanakan rapat di luar kantor. Sangat sulit untuk keluar parkiran karena ada motor matic besar, parkir memakan banyak bagian jalur, dan dikunci stang. Butuh tenaga dua orang untuk menggeser-geser motor besar tersebut. Rasanya kesal sekali dan ingin membalikkan motor itu. Saya sampai saat ini juga bingung dengan pola pikir orang-orang di lingkungan ini. Harusnya sebagai orang yang punya pikiran dan terpelajar, dia tidak merugikan orang lain dengan cara parkir yang benar. Bila, benar-benar terpaksa untuk parkir di jalur tersebut, setidaknya jangan dikunci stang biar orang dapat memindahkannya dengan mudah.

Sangat disayangkan bagi kita negara yang menganut sistem yang mengambil kebaikan dari liberalisme dan sosialisme, malah terjebak pada egoisme diri sendiri yang tidak memikirkan hak-hak orang lain dan selalu berpikir akan dimaafkan secara kekeluargaan. Jangan sampai pikiran tersebut malah menjadi bumerang sehingga terjadi kerusakan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan atau adanya penyakit hati. Ya, sebenarnya sudah terjadi seperti lecet-lecet, komponen kendaraan yang lepas, atau komponen kendaraan yang bengkok tanpa tahu siapa yang dapat diminta pertanggungjawabannya.

Cobalah untuk berperilaku lebih tertib. Berpikirlah untuk tidak merugikan orang lain supaya kita tidak dirugikan. Sama.seperti jika kita seenaknya, maka orang lain pun akan seenaknya. Sebagai salah satu pegawai di lingkungan yang terpelajar, cobalah belajar untuk tertib, tidak egois, dan tidak merugikan orang lain karena kita sendiri yang alan menerima manfaatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kekhawatiran Komunikasi

Sehubungan aku lagi membaca buku berjudul  Intercultural Communication , jadi terpikir untuk membahas sedikit tentang komunikasi. Lebih tepa...