Bagi generasi 90-an akan sangat
terasa sekali perkembangan ponsel mulai dari masa kanak-kanak hingga dewasa
kini. Kita pasti mengalami masa di mana ponsel berbentuk kotak kaku, layarnya
kecil tapi body-nya besar, dan ada
antenanya. Hingga dewasa ini, ponsel minim tombol fisik dengan layar yang
sangat luas dengan kecanggihan teknologinya. Di sini, saya coba mengenang
ponsel-ponsel yang pernah saya miliki. Berikut daftarnya:
Ericsson T10s
Ponsel dengan
bentuk kotak, layar kecil, berantena, dan memiliki flip cover menutupi keypad sebenarnya cukup untuk dipakai
pada masanya. Fungsinya hanya untuk telepon dan SMS saja, tidak seperti ponsel
nokia yang sudah hadir pada saat itu dan memiluiki fitur tambahan seperti games. Ponsel ini saya pakai waktu SD
dan digunakan untuk gaya-gaya-an. Tidak sering digunakan untuk menelpon dan
SMS. Ponsel ini merupakan secondhand dari tante yang diberikan pada mama. Namun,
anak SD seperti saya ingin juga merasakan punya ponsel sehingga tak jarang saya
membawa ponsel ini ke sekolah.
Nokia 3330
Pada awal
masuk SMP, saya merengek ingin dibelikan ponsel. Alhasil, papa membelikan
ponsel second Nokia 3330. Nokia 3330
ini masih saudara dengan 3315 dengan tambahan fitur yang jauh lebih menarik
seperti gambarnya sudah bisa animasi, bisa unduh gambar dan ringtone, dan ada internet GPRS yang
tidak pernah digunakan. Saking senangnya dengan ponsel ini, seringkali bermain games hingga baterai habis atau sambil
di-charge. Alhasil baterai ponsel ini
drop dan cepat habis. Pada saat itu games favorit yang sering dimainkan
adalah Snake 2 dan Space Impact. Sayangnya, ponsel ini bertahan kurang dari
satu tahun karena kecopetan di angkot.
Sony Ericsson
J210i
Hiatus dari
perponselan selama 1 tahun lebih, akhirnya di kelas 3 SMP setelah menabung,
saya bisa membeli ponsel sendiri. Ya, walaupun hanya Sony Ericsson J210i,
ponsel mini yang sudah polyponic dan
memiliki infrared untuk bertukar ringtone
dan gambar. Walau tanpa kamera, warna silver dari ponsel ini bikin elegan. Pada
saat itu, sudah banyak teman-teman yang memiliki ponsel sehingga komunikasi
lebih sering via SMS.
Siemens
Pergantian
ponsel ke Siemens ini sebenarnya karena tawaran papa untuk tukar tambah. Karena
Siemens ini bisa dikatakan lebih canggih dari Sony Ericsson J210i, maka saya
pun setuju untuk menukarnya. Untuk tipe, saya lupa. Secara ukuran memang tidak
begitu jauh, tapi memorinya jauh lebih besar, dan paling utama ada kameranya.
Ya, walaupun kameranya beresolusi VGA, setidaknya ada upgrade dari ponsel sebelumnya.
BenQ Siemens
E61
Ponsel ini pun
merupakan hasil tukar tambah yang dilakukan dengan ponsel sebelumnya. Hal yang
membuat tertarik dengan ponsel ini adalah karena sudah support MP3 dan memiliki slot miniSD. Ponsel ini saya pakai saat
kelas 2 SMA. Setiap berangkat ke sekolah pasti sambil mendengarkan musik. Namun
sayangnya, ponsel ini tidak digunakan lagi karena tercebur ke bak saat mandi.
Haier
Haier ini
merupakan ponsel pendamping pada saat saya masih menggunakan BenQ Siemens.
Iming-iming sepupu membuat saya membeli ponsel yang di-bundling dengan Smartfren. Ponsel ini juga dapat digunakan sebagai
modem ke laptop dan kita dapat berselancar di dunia maya. Pada saat itu,
internet sudah dapat dijangkau dengan mudah walaupun dengan kecepata 200kpbs.
LG L70
Saking sudah
tak tahannya ingin mengaktifkan nomor GSM, akhirnya saya minta dibelikan ponsel
baru sama papa. Ya walaupun hanya dapat ponsel second setidaknya, nomor GSM sinyalnya lebih baik dibanding dengan
nomor CDMA. Saya diberi LG. Ponsel ini berbentuk kotak, memiliki kamera VGA, support MP3 dengan slot microSD, dan ada
infrared untuk transfer file. Untuk tipenya, saya sudah lupa.
Blueberry
Pada masa ini,
mulai banyak masuknya ponsel China yang meniru ponsel terkenal seperti
Blackberry. Salah satunya yang saya pakai adalah Blueberry. Ponsel ini
didapatkan papa dari kantor dan akhirnya diberikan pada saya. Blueberry saya
pakai untuk menggantikan LG yang tidak bisa dipakai untuk memutar musik karena
slot charger yang sekaligus slot handsfree rusak. Blueberry yang saya
miliki berwarna putih, dual SIM, ada slot microSD, dan slot audio 2,5mm serta
tentunya keypad yang sudah qwerty.
Inilah awal mulanya, saya terbiasa dengan qwerty keyboard.
Samsung Corby
2
Setelah
menabung, saya memutuskan untuk membeli Samsung Corby 2. Ponsel touch screen yang memiliki kamera 2MP,
bluetooh, WI-Fi, dan slot microSD, namun sayang bukan android. Ponsel ini
muncul dan saya beli sebelum android booming.
Jadi ya, agak cukup menyesal dalam membelinya. Untungnya, pada saat itu
Whatsapp belum terlalu populer.
Blackberry
Pearl 8230
Kepopuleran
BBM dan Whatsapp membuat harus ada ponsel pendamping. Teman-teman kuliah sudah
membuat grup WA angkatan yang segala informasi disimpan di sana. Kebetulan papa
sudah tidak memakai Blackberry Pearl-nya, akhirnya saya minta dan menggunakannya.
Lumayanlan untuk sekedar BBM dan WA.
LG L70
Blackberry
Pearl yang semakin lama hanya bertahan 2-3 jam, akhirnya saya memutuskan untuk
membeli ponsel baru, yaitu LG L70. Ponsel dengan layar 4,5 inchi, kamera
belakang 5MP, kamera depan VGA, dual
SIM, dan masih 3G menjadi ponsel android pertama saya. Saya pakai ponsel ini di
tahun ke 3 kuliah. Ponsel ini bertahan selama 3 tahun sampai akhirnya harus
jatuh ke becekan yang membuatnya mati untuk selamanya.
Xiaomi Redmi
4x
Tidak memiliki ponsel di zaman sekarang memang
sangat menyulitkan. Setelah LG L70 wafat, perlu ada penggantinya. Saya memilih
Xiaomi Redmi 4x karena harganya yang tidak terlalu mahal dan fitunya yang cukup
lengkap. Saya membeli ponsel tersebut dengan minjam ke teman, kemudian minjam
ke mama untuk membayar hutang ke teman, hingga kahirnya saya bayar ke mama
dengan uang gaji yang telat cair. Sampai saat ini, tepatnya 2 tahun lebih saya
menggunakan ponsel ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar