Mengutip dari Kompas, sandwich generation adalah
...sebutan yang diberikan kepada individu yang harus mencukupi kebutuhan ekonomi banyak pihak dalam waktu bersamaan, mencakup dari diri sendiri, keluarga intinya dan orang tua.
Tentunya menjadi suatu hal yag berat bagi seseorang yang harus menanggung kehidupan banyak orang, bukan karena kesediaan diri sendiri tapi suatu keharusan dan tuntutan dari berbagai pihak. Sedih sekali ketika mendengar berbagai curhatan netizen dalam kanal Youtube-nya Rachel Goddard. Akupun sepakat dengan pernyataan Rachel Goddard bahwa mungkin cukup sulit untuk berhenti dari tradisi ini, tapi kita dapat memutus ke generasi di bawah kita. Satu hal lagi yang penting adalah kita harus berani berkata TIDAK jika kita tidak mampu melakukannya.
Sangat setuju juga bahwa anak itu bukan investasi keluarga. Keputusan memiliki anak itu ada di tangan kedua orang tuanya, maka bertanggung jawablah atas keputusan itu. Anak tidak bisa memilih ingin dilahirkan atau tidak. Ketika anak sudah dewasa dan bekerja bukan berarti anak menjadi ladang gandum untuk kemakmuran orang tuanya, tapi anak menjadi individu sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidup masa dewasanya. Bukan berarti ketika orang tua sudah tidak bisa melakukan apa-apa, kita sebagai melupana mereka. Inilah yang membedakan manusia dengan hewan. Rasa kemanusiaan yang membuat adanya hubungan antar manusia tetap langgeng dari lahir hingga mati. Mengurus orang tua sampai wafat adalah bukti cinta dan rasa kemanusiaan.
Kita dapat juga belajar dari hewan, sebagai contoh adalah kucing. Ketika seekor kucing berkembang biak, sepenuhnya itu adalah keputusan dua kucing dewasa. Secara naluri, induk kucing merawat anak-anak kucing sendiri dari mengandung, melahirkan, hingga menyusui. Ketika anak-anak kucingnya sudah dewasa, induknya melepas begitu saja. Sepenuhnya kehidupan dipegang oleh kucing yang sudah dewasa itu tanpa ada campur tangan induk kucing dan tanpa ada tuntutan untuk mengurus induk kucing. Walaupun begitu, antar-kucing yang hidup bersama bisa saling menyayangi tanpa berselisih satu sama lain.
Bisa dibilang aku bukan termasuk sandwich generation. Aku juga tidak tahu mengapa orang tuaku memutus mata rantai ini, mungkin karena generasi sebelum orang tuaku pun tidak menerapkan hal ini. Orang tuaku bilang bahwa keputusan memiliki anak, yaitu aku, adalah sepenuhnya keputusan mereka sebagai orang tua. Tugas mereka sebagai orang tua tentunya memberikan kehidupan dan pendidikan yang layak sebagai masa depanku. Sekali lagi, keputusan memberikan kehidupan dan pendidikan yang layak sepenuhnya keputusan mereka tanpa mengharapkan imbal balik. Jika aku di masa depan menjadi orang sukses, mereka tidak mengharapkan apa-apa, mereka hanya bangga bahwa tanggung jawab mereka sebagai orang tua sudah berhasil membawaku ke gerbang kesuksesan, selebihnya merupakan tanggung jawab aku sendiri.
Sebagai manusia yang memiliki rasa kemanusiaan, tentunya secara ikhlas aku mau memberikan hasil jerih payahku kepada kedua orang tuaku. Tentunya ini karena mereka telah merawatku dari kecil hingga saat ini. Tapi bukan karena untuk balas budi karena apa yang aku beri tidak akan cukup membalas semua kebaikan yang diberikan kedua orang tuaku. Hal ini dilakukan sepenuhnya karena rasa sayang kepada sesama manusia, khususnya keluarga tempat aku bernaung. Tapi enath kenapa, kedua orang tuaku selalu menolak dengan alasan lebih baik uang disimpan saja untuk modal aku dalam membina keluarga baru.
Aku sungguh bersyukur mempunyai keluarga yang tidak menjadikan anak-anaknya sebagai investasi masa depan. Karena ketika aku sudah dewasa, apalagi di era dengan perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat, persaingan di pasar tenaga kerja sunggulah ketat. Tidak hanya perang kemampuan tetapi perang orang dalam pun sangat kuat. Artinya, akupun memiliki beban yang cukup berat untuk dapat mencari nafkah untuk diri sendiri. Jika ditambah dengan beban orang lain, tentunya aku perlu berpikir lebih kuat untuk dapat mencari tambahan penghasilan. Itupun kalau dapat, jika tidak? Untungnya, orang tua dengan keuangan yang sudah stabil mapu menghidupi kehidupannya sendiri setelah elepas anaknya sudah dewasa. Kebanggan mereka ketika aku menjadi orang yang sukses tapi mereka tidak mengharapkan sesuap apapun dari hasil jerih payahku. Namun, kondisi seperti ini tentu tidak membuatku gelap mata. Aku hanya bisa memberikan sesuatu yang receh kepada orang tuaku setidaknya mereka senang, seperti membelikan makanan, membawakan oleh-oleh, dan lain sebagainya. Mereka jauh mengharapkan rasa cinta seorang anak dari aku dibandingkan uang setiap bulannya. Mereka sangat paham kehidupan dewasa saat ini cukup berat dan membutuhkan uang yang cukup banyak.
Semangat terus untuk orang yang berjuang untuk dirinya sendiri dan orang lain. Kalian manusia hebat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar