Saat berbincang-bincang di kantin sebelum memasuki bulan Ramadhan, salah seorang rekan kerjaku menceritakan tentang fiqih hutang piutang hasil kajian yang ia ikuti beberapa waktu lalu. Dari ceritanya, aku tiba-tiba tertarik untuk mencari tahu tentang fiqih lainnya. Sehubungan saat ini aku merasa ada ketidakberesan dalam unit kerja yang membuat ingin keluar dari unit kerja tersebut, aku terpikirkan untuk mencari tahu mengenai fiqih dalam menjalankan pekerjaan. Iseng membuka Play Books di ponsel, aku menemukan buku yang sesuai dengan rasa keingintahuanku, yaitu Fiqih ASN dan Karyawan.
Buku karya Ammi Nur Baits ini mengundang selera aku untuk membacanya. Judul yang lugas dan to the point adalah salah satu alasannya. Tentunya ada harapan bisa menjadi pegawai yang lebih baik dan bisa melaksanakan pekerjaan sebaik mungkin tanpa bertentangan dengan aturan Allah swt.
Sedikit flashback, aku sempat mengalami stres yang cukup berat karena beban pekerjaan yang tinggi namun tidak ada value yang bisa aku dapatkan, khususnya terkait pengembangan diri. Kondisi tersebut sempat aku ceritakan pula pada tulisan Quarter Life Crisis: Apakah Aku Sedang Mengalaminya? Seiring berjalannya waktu, aku mampu mengatasinya. Selain itu pula, terdapat keputusan perubahan substansi yang saya pegang meskipun aku masih berada dalam unit yang sama. Namun, keinginan untuk pindah unit masih ada. Tujuannya satu, untuk menghindari kezaliman yang terjadi di dalam unit kerja. Saat ini, rasa stres ini kembali muncul, terutama setelah kezaliman yang rasakan dirasakan juga oleh orang lain dengan bukti-bukti yang valid, memperkuat pernyataan aku terkait kondisi unit kerja.
Buku ini dikemas secara simpel dengan cover berlatar belakang putih dengan gambar kerah baju dengan dasi, judul buku, dan nama penulis, serta bagian pojok kanan atas terdapat logo penerbit. Buku ini terdiri dari 30 bab yang menjelaskan secara detil setiap babnya dengan disertai dalilnya. Aku akan membaginya menjadi beberapa bagian besar secara ringkas.
INGAT AKHIRAT
Pada bagian awal, penulis, Ammi Nur Baits mengingatkan agar selalu mengingat akhirat. Apapun yang kita lakukan di dunia, maka akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Apapun yang kita kerjakan di dunia, akan dibalas oleh Allah sekecil apapun itu bentuknya.
Yang halal akan dihisab dan yang haram akan diazab.
Dua hal yang saya rasakan setelah membaca bagian ini, senang dan takut. Senangnya adalah ketika idealisme yang aku pegang serasa dibela. Upaya aku untuk menjauhi kezaliman sudah sangat tepat. Namun, aku pun merasa takut karena idealisme positif aku tidak sepenuhnya bisa terlaksana. Beberapa hal buruk tidak dapat aku hindari, baik itu terpaksa untuk kepentingan pribadi maupun dipaksa untuk kepentingan senior dan pimpinan.
Kita juga diberitahu pemahaman yang salah di masyarakat bahkan sering dilakukan oleh pegawai-pegawai senior, yaitu (1) yang penting shalat dan banyak ibadah membuat keburukan jadi beres; dan (2) yang haram jadi halal jika dizakati. Kedua hal terebut hanya pembelaan diri agar tetap dapat melakukan hal-hal yang haram. Selain itu, kita perlu sadar bahwa ketika kita mendapat bekerjaan, itu berarti kita berakad dengan Allah dan beramah mengerjakan pekerjaan tersebut dengan sebaik mungkin.
HAL-HAL BURUK DALAM BEKERJA
Pada bagian ini kita dijelaskan mengenai hal-hal buruk dalam bekerja, yaitu korupsi, meminta jabatan, menipu saat melamar pekerjaan, sogok, nepotisme, korupsi waktu saat jam kerja, dan penggunaan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi. Selain itu pula, pada bagian ini dijelaskan ciri-ciri pegawai ideal yang bisa menjadi pedomat bagi kita para pegawai atau karyawan.
BENTUK AKAD DENGAN PEGAWAI
Pada bagian ini menjelaskan dalil yang mengatur mengenai jenis-jenis akad bekerja antara perusahaan dengan karyawan/pegawai. Tentunya ada hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan ketika bekerja. Hal ini menjadi pembelajaran bagi kita mengenai batasan-batasan dalam bekerja.
PENGHASILAN, HADIAH, DANA PENSIUN, DAN ZAKAT PROFESI
Di bagian terakhir, menjelaskan hak-hak yang didapat oleh seorang pegawai/karyawan, seperti penghasilan, hadiah, dan dan pensiun. Selain itu, seorang pegawai/karyawan juga memiliki kewajiban untuk membayat zakat profesi.
Setelah membaca buku ini, aku mulai berkaca dan intropeksi diri. Dalam dunia pekerjaan, kezaliman-kezaliman mungkin sering kita lakukan meskipun itu hal-hal yang sangat kecil. Namun, kezaliman tersebut masih bisa dimaafkan asalkan kita bertaubat kepada Allah swt. Seperti halnya, kita memperoleh uang yang bukan hak kita karena tuntutan para pimpinan atau administrasi, bisa kita sedekahkan atas nama negara. Untuk itu, aku akan terus melaksanakan idealisme positif, tentunya karena sadar akan ada petanggungjawaban di masa depan. Meskipun ada pertentangan antara idealisme yang saya pegang dengan sistem yang dibuat oleh para pimpinan.
Menerima atau memberi hadiah diperbolehkan, namun yang perlu diperhatikan adalah tujuannya. Apabila ada kepentingan personal, tentu itu diharamkan dan merupakan bentuk gratifikasi. Sebaiknya memang menghindari segala pemberian. Berdasarkan pengalaman, orang yang punya "maksud" adalah yang selalu meminta pertolongan setelah memberikan sesuatu. Aku pun mulai menjauhi orang-orang seperti itu demi menghindari ketergantungan terhadap hadiah maupun tekanan dari permintaan dari orang-orang tersebut.
Dibalik hak yang kita peroleh, tentu ada kewajiban yang perlu kita lakukan. Kewajiban utama adalah melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kapasitas dan perjanjian dalam akad. Di dunia ASN terkadang pekerjaan yang didapat oleh seorang staf lebih besar dari tanggungjawab dan penghasilannya sedangkan pimpinan tidak punya kekuasaan untuk memberikan insentif maupun menaikkan gaji. Hal tersebut dikarena gaji dan tunjangan ASN sudah diatur oleh instansi khusus yang menangani kepegawaian dan aparatur negara. Untuk itu, perlu ada pembatasan diri mengenai pekerjaan. Hal ini juga berpengaruh pada kondisi mental. Hal lainnya yang sangat penting adalah perlu SYUKUR dan SABAR sebagai kunci menjalani rutinitas pekerjaan. Syukur memperoleh pekerjaan dan pendapatan yagng cukup serta sabar dalam menghadapi berbagai permasalahan yang terjadi. Perlu yakin bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Adil, suatu saat ujian ini akan mendapat berkah dan rejeki dari Allah swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar