Rabu, 12 Oktober 2022

Sehat Fisik dan Mental Seorang Pegawai



Salah satu yang sering diabaikan oleh para pegawai adalah kesehatan fisik dan mental. Terlalu sibuknya dalam bekerja, sering kali para pegawai tidak menyadari sebenarnya mereka menumpuk berbagai penyakit dalam diri. Penyakit-penyakit itu biasanya muncul di usia mendekati 30 tahunan, atau mungkin lebih dini. Aku yang kebetulan mengalami penyakit-penyakit tersebut dan bagaimana mengatasi, diundang oleh Podcast Cerita PNS untuk sharing pengalaman. Bagi teman-teman yang berminat mendengarkan podcastnya bisa klik tautan di bawah ini ya.




Cerita dimulai ketika aku mengalami quarter life crisis, tepatnya di pertengahan tahun 2021. Aku merasa lingkungan kantor mulai berubah, mulai dari perubahan pejabat struktural yang membuat lingkungan kerja tidak kondusif dan pekerjaan yang begitu-begitu saja membuat diri ini merasa downgrade. Terlalu banyak keburukan yang terjadi hingga membuat aku ingin pindah. Namun upaya 'pindah' tersebut gagal dan membuat mental terganggu. Sebagai seorang yang mental awareness, tentunya aku menyadari banyak perubahan yang terjadi pada diri aku, seperti overthinking yang membuat kesulitan tidur, emosi yang tidak terkontrol, kadang menangis tiba-tiba karena merasa lelah, kadang merasa cemas atau ketakutan berlebihan, dan mulai tidak ada semangat dalam bekerja. Bagi sebagian orang mungkin permasalahan tersebut sepele, tapi gejala yang aku rasakan sangat mengganggu. Selain itu, akibat dari hal tersebut, beberapa gejala fisik mulai aku rasakan, yaitu tumbuhnya jerawat dan sakit badan (mungkin akibat perubahan hormon dan pola tidur).

Menyadari hal tersebut, tentunya aku membutuhkan seorang ahli yang mengerti. Tanpa pikir panjang aku menghubungi jasa psikologi yang ada di aplikasi kesehatan online. Psikolog tersebut menyarankan aku untuk melakukan distraksi atas permasalahan tersebut. Distraksi ini dimaksudkan agar aku tidak fokus pada permasalahan yang terjadi. Salah satu caranya adalah dengan melakukan meditasi. Meditasi ini cukup berhasil, namun terkadang masih ada pikiran-pikiran yang menganggu.

Menghindar itu bukan lari dari masalah. Menghindar itu bukan berarti kalah. Menghindar itu bukan berarti pengecut. Menghindar itu menenangkan diri agar kita dapat menyusun strategi dan lebih siap dalam menyelesaikan masalah.

Karena kesehatan mental ini sudah menyerang fisik walau hanya jerawat, tapi aku juga merasakan fisikku yang lain mulai terganggu karena usia. Sakit pinggang adalah gejala yang paling sering aku rasakan. Aku sepenuhnya sadar bahwa olahraga itu penting, namun komitmen itu belum ada. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk daftar menjadi member di gym, sebagai bentuk komitmen aku dalam berolahraga. Aku tidak menginginkan tubuh bagus dan ideal seperti Ade Ray, aku hanya ingin sehat dan fit saja, ditambah aku butuh cara distraksi lain dari berbagai overthinking yang sering aku alami. Rasa lelah saat olahraga membuat aku tidak sempat memikirkan hal-hal yang tidak berfaedah. Rasa lelah juga membuat aku tidur lebih cepat. Saat bangun tidur pun aku berasa lebih segar. rasa semangat mulai tumbuh walaupun tidak semangat-semangat banget karena masih ada lingkungan kantor yang menyebalkan. Tapi aku merasa ini lebih baik.

Di saat aku merasa kesehatan mentalku sudah mulai membaik, ada saja ujian-ujian yang membuat kondisi mental ini fluktuatif. Aku sangat memanfaatkan fasilitas kantor. Meskipun pegawai di Bagian SDM banyak yang bukan lulusan SDM, tapi aku mencoba konsultasi pada mereka. Saat, kantor menyediakan psikolog yang dapat dimanfaatkan oleh pegawai, aku pun memanfaatkan. Saran dari psikolog adalah aku harus memperkuat distraksi yang aku lakukan. Distraksi dilakukan dengan kegiatan yang bermanfaat. Namun, tak lupa berupaya menyelesaikan masalah juga. Upaya tersebut diiringi dengan doa juga karena berserah diri pada Tuhan juga merupakan kunci dari ketenangan jiwa.

Berdoa tanpa berusaha itu kosong. Berusaha tanpa doa pun kosong.

Jangan pernah takut untuk datang ke psikolog dan jangan pernah dengar kata-kata orang yang menyudutkan kita. Hal ini tentunya demi kesehatan mental diri kita sendiri. Jangan pernah berpikir bahwa generasi sekarang banyak yang lemah. Sesungguhnya semua generasi juga mengalami tekanan mental, namun dulu belum terfasilitasi dan belum terekspos sehingga kita tidak mengetahui jumlah kasus orang yang mengalami permasalahan mental. Demi kehidupan yang lebih baik, pikirkanlah diri sendiri. Sekecil apapun kondisi mental kita, selama itu berpengaruh dan mengganggu pada kehidupan dan kesehatan fisik, maka berkonsultasilah pada ahlinya.

Rabu, 05 Oktober 2022

Coba-coba Susu Protein



Sebagai konsumen rutin susu protein, saat ini aku sudah mencoba empat produk. Ketika memutuskan untuk mengganti produk, tentunya ada berbagai pertimbangan. Awalnya masalah harga dan kandungan, saat ini kecocokan menjadi prioritas pertimbangan. Sama halnya dengan skincare, susu protein juga cocok-cocok-an.

Saat kita melakukan olah raga angkat beban, tentunya jaringan otot kita akan rusak dan akan me-recovery dengan jaringan baru. Proses recovery ini tentunya akan membentuk jaringan baru yang lebih kuat menyesuaikan kemampuan kita dalam mengangkat beban. Untuk mempercepat proses tersebut dan menambah massa otot dibutuhkan protein yang cukup atau bahkan surplus. Perlu diingat bahwa kebutuhan protein pada tubuh disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Apabila kita tidak olah raga, ya maka protein yang kita konsumsi ini akan terbuang.

Dulu, ketika aku underweight dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup, aku hanya berpikir bahwa susu protein akan menambah berat badan tanpa latihan. Aku membeli susu protein soya di sebuah toko online dengan harapan berat badanku akan naik. Sembari mengonsumsi susu protein soya tersebut, tidak ada perubahan dalam berat badanku, yang ada aku malah burnout, jerawat di muka dan itu parah sekali. Awalnya aku tidak mengetahui apa penyebab burnout tersebut. Pada saat itu kondisiku tidak terlalu stress, bahkan pernah mengalami stress pun tidak sampai jerawatan parah. Setelah mencari informasi baik secara online maupun kepada teman, susu protein soya bisa jadi penyebabnya. Pasalnya yang aku konsumsi mungkin tidak terserap dalam tubuh karena otoku tidak membutuhkannya. Malah berdampak pada sirkulasi darah yang kotor atau mungkin pencernaan yang membuat jerawatan. Aku pun memutuskan untuk menghentikan konsumsi protein tersebut. Setelah melakukan perawatan beberapa kali, akhirnya kondisiku mulai pulih, tentunya memerlukan waktu yang cukup panjang, seingatku sekitar 6 - 12 bulan.

Semenjak tahun kemarin, aku memutuskan untuk nge-gym. Hal ini karena semakin bertambahnya usia, aku mengalami gangguan-gangguan fisik kejompoan, yaitu sakit pinggang, bahu lelah, gampang ngantuk, dan tentunya perut buncit. Aku tidak menargetkan badan bagus, six-pack, kaya Ade Ray, tapi setidaknya posturku lebih ideal dan lebih percaya diri tanpa harus menahan perut gembul ini. Pada saat itu, personal trainer-ku menyarankan untuk mengonsumsi susu protein. Fungsinya adalah untuk membantu recovery otot lebih cepat. Awalnya aku tidak mau mengonsumsi susu protein karena aku tidak mau punya badan yang bulk, tapi ternyata aku butuh juga. Hal ini dikarenakan setelah mencoba mengonsumsi susu protein, rasa sakit otot pasca-latihan bisa pulih lebih cepat dibanding tanpa minum susu protein. Pada saat itu, aku mengonsumsi susu protein impor merk A. Sampai aku repurchase tidak ada masalah apa pun yang terjadi pada fisikku.

Seiring dengan berjalannya waktu, aku lebih concern masalah olah raga dan protein. Tentunya berpengaruh pada iklan yang sering muncul dalam laman instagramku. Aku pun mulai tertarik dengan susu protein merk B yang merupakan produk lokal yang harganya lebih murah. Setelah ku-cek, kandungan proteinnya lebih tinggi dan kandungan karbohidratnya lebih rendah. Dalam iklannya juga disebutkan bahwa tidak akan membuat gemuk. Aku pun membelinya dan mulai mengonsumsi produk tersebut. Awal-awal minum susu tersebut, tidak terjadi efek negatif apapun. Setelah habis aku kembali repurchase, namun sesekali aku konsumsi susu protein merk C yang ada dijual di mini market untuk mengurangi rasa sakit otot. Karena setiap skip konsumsi susu protein, pasti ototku sakit 1 hari setelah latihan. Di tahun kedua aku mengonsumsi merk B, aku kembali berjerawat. Awalnya aku berpikir itu karena stress, tapi setelah aku dapat mengelola stress, jerawat tak kunjung sembuh. Kemudian aku berpikir karena skincare yang sudah aku pakai bertahun-tahun, mulai resistan. Namun setelah aku mengganti skincare dengan yang lebih ringan dan melakukan perawatan, jerawatku tetap tak kunjung sembuh. Aku mulai berpikir ini karena susu protein karena setelah aku repurchase ada perbedaan dalam hal rasa. Terutama kandungan gulanya, menjadi tidak terlalu manis. Selebihnya aku tidak terlalu concern masalah kandungannya. Oh ya satu lagi, setiap pagi aku selalu mencret. Aku mengonsumsi susu protein itu after workout atau sebelum tidur.

Akhirnya atas saran temanku, aku memutuskan untuk mengganti susu protein dengan merk D. Temanku lebih concern pada mencret yang aku alami. Hal ini karena merk D ini kandungan laktosanya lebih rendah yang semoga bisa mengurangi masalah kondisi pencernaanku.

Semoga saja, susu protein merk D ini lebih ramah terhadap pencernaan, metabolisme, dan wajah aku. Aku akan update apabila sudah cukup lama mengonsumsinya. Apabila ada teman-teman yang mengetahui permasalahanku ini, mohon sekiranya dapat memberikan pendapat di kolom komentar. Terima kasih.

Kekhawatiran Komunikasi

Sehubungan aku lagi membaca buku tentang Intercultural Communication , jadi terpikir untuk membahas sedikit tentang komunikasi. Lebih tepatn...